Sekolah Dasar

Bumi masih terus berputar, mengelilingi sebuah lintasan berbentuk elips yang disebut orbit. Sebuah benda langit bulat yang seluruh permukaannya tampak seperti api yang membara sebagai titik pusatnya. Dikelilingi benda-banda bulat lainnya. Itulah teman-teman bumi di sebuah lingkungan tata surya yang disebut galaksi “Bimasakti”. Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto. Namun, sayangnya Pluto kabarnya telah lenyap dan keluar dari Bimasakti. Ada yang mengatakan bahwa Pluto hanyalah bintang biasa. Entah itu benar atau atau salah, yang jelas ilmu pengetahuan masih terus berkembang.

Aku mulai meniti tangga kehidupan di sekolah dasar yang bisa dibilang hebat. Sekolah ini menyajikan kualitas pendidikan yang bagus, ekstrakurikule yang menyenangkandan fasilitas pendidikan yang memadai serta guru-guru yang siapmenurunkan ilmunya agar bermanfaat kelak di kemudian hari untuk para siswanya.

Aku banyak belajar dan berkembang di sekolah ini. Banyak hal kutemukan disinidan aku bersyukur atas semuanya. Semanagt, tanggungjawab, kepercayaan,prestasi, teman-teman yang baik, guru-guru terbaik yang pernah jadi wali kelasku,dll. Semua itu sabgat membantuku dalam mengembangkan karakter dalam diriku ini. Semua terjadi disini “Sekolah Dasar Negeri Puncak”.

Aku ingat ketika kelas satu, aku masih sangat nakal. Saat guru sekaligus wali kelasku keluar dari kelas, aku dan teman-temanku bercanda di depan kelas. Bermain tumpuk-tumpukan sampai kelas kami menjadi gaduh dan rame dengan kelakuan kami. Karena kenakalan kami akhirnya ketahuan guru, maka kamipun dihukum denagn hukuman yang tidak berat tetapi tidak ringan juga. Dijemur! Itu adalah hukuman yang paling tidak bisa membuat kami jera.

Cukup melelahkan dan membuat kulit kami gosong. Aku dan 5 orang temanku dijemur diluar kelas. Kebetulan cuaca sedang cerah saat itu. Maka, sial lah bagi kami! Panas, ditertawakan teman-teman dan kakak kelas juga. Sunnguh sial, tapi itu adalah konsekuensi yang harus aku dan teman-temanku tanggung atas perbuatan yang membuat suasana kelas menjadi gaduh dan mengganggu kelas yang lain.

Dua catur wulan telah terlewatkan –masih digunakan system caturwulan waktu itu teh- dan aku belum bias membaca dengan benar. Disaat teman sekelasku yang lainsudah pintar membaca dan menulis kata-kata dengan benar, aku baru lancer mengeja. Namun demikian, aku paling pintar dalam pelajaran hitung menghitung alias matematik. Ya lumayan lah untukku yang tidak merasakan bangku Taman Kanak-Kanak.

Aku tidak pernah menyerah belajar membaca. Kueja kata demi katadalam sebuah kalimat. Kuulangi hal itu sampai aku tidak mengeja lagi dan bisa membaca kata-kata itu dengan benar tanpa mengeja. Dan hasilnya, aku bisa membaca ! aku bisa membaca !

Ya itulah pencapaian yang berhasil kuraih denagn kerja keras dan semangat juang tinggi selama 2 setengah caturwulan. Semua itu tak lepas dari peran orangtua dan satu orang yang paling dan sangat-sangat berjasa ketika itu. Kalian sudah pasti bias menebaknya. Beliau adalah wali kelas kami tercinta. Berkat bantuan beliau, kesabaran dan semangat mengajar tak henti, perempuan yang paling baik sedunia setelah nenekku, sosok ibu yang santun, penyayang, penyabar dan lembut. Tutur katanya yang penuh perhatian, sorot mata yang penuh kasih saying, jiwanya yang karismatik, membuat membuat kami semua kuatdan selalu semangat untuk belajar. Itulah guruku, wali kelas satuku, inspirasiku, ibuku di sekolah. Bu Nani .

Komentar

Posting Komentar